Senin, 19 Agustus 2019

Klasifikasi Jenis PLTS Berdasarkan Konfigurasi Komponen

Klasifikasi Jenis PLTS Berdasarkan Konfigurasi Komponen – Umumnya pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut konfigurasi komponennya, yaitu PLTS yang berdiri sendiri (Stand Alone) dan PLTS yang terhubung dengan jaringan listrik (Grid Connected).

PLTS berdiri sendiri (stand alone)

Sistem PLTS ini dirancang dapat beroperasi mandiri untuk memasok beban DC atau AC. Jenis sistem ini dapat digunakan dengan mengunakan sumber energi listrik matahari saja , atau dapat menggunakan sumber tambahan energi lain, seperti air, angin dan mesin diesel. Baterai menjadi syarat utama dan digunakan pada sistem PLTS ini.
Dari gambar diagram PLTS diatas dapat dilihat daya DC yang dihasilkan oleh panel surya sistem pembangkit dikirim ke alat kontrol (solar charger controller/SCC) untuk melakukan pengisian daya ke baterai dan atau melayani beban DC. Alat kontrol SCC ini juga mengatur dan mengamankan kelebihan pengisian karena baterai sudah penuh.
Untuk memenuhi kebutuhan beban DC, daya digunakan langsung dari baterai yang telah d isi oleh panel surya, dengan rangkaian melalui alat kontrol (SCC).  Hal ini berfungsi untuk mengatur dan mengamankan penggunaan daya berlebih ketika kapasitas baterai sudah tidak mencukupi.
Untuk pemenuhan daya AC, dapat menggunakan inverter. Arus searah DC yang berasal dari baterai akan dikonversi oleh komponen inverter menjadi arus listrik bolak balik (AC). Sehingga dapat memenuhi kebutuhan beban listrik AC (sama seperti listrik PLN), seperti lampu penerangan, pompa air dan bahkan televisi dan kulkas.
Klasifikasi Jenis PLTS Berdasarkan Konfigurasi Komponen ada dua macam, yaitu PLTS yang berdiri sendiri (Stand Alone) dan PLTS yang terhubung dengan jaringan listrik (Grid Connected).

PLTS terhubung Grid

PLTS terhubung grid (grid connected) pada dasarnya adalah menggabungkan PLTS dengan jaringan listrik PLN. Komponen utama dalam sistem ini adalah inverter grid. Inverter inilah yang berfungsi untuk mengubah daya DC yang dihasilkan oleh PLTS menjadi daya AC sesuai dengan persyaratan dari jaringan listrik yang terhubung (Utility Grid).
Salah satu persyaratan wajib adalah sistem PLTS harus memiliki anti islanding, yaitu kemampuan otomatis sistem untuk ikut terputus (mati) ketika sumber koneksi PLN putus (mati). Hal ini penting untuk menjaga keamanan dan keselamatan pengguna dalam jaringan yang tidak dialiri listrik PLN tersebut.
Untuk penggunaan Klasifikasi Jenis PLTS Berdasarkan Konfigurasi Komponen dengan koneksi ke PLN, ada 2 jenis aplikasi yang dapat digunakan, yaitu:
  1. Pararel; dimana produksi daya PLTS hanya digunakan untuk konsumsi pengguna, tanpa ada transfer pengiriman daya PLTS tersebut ke jaringan luar. Penggunaan untuk rumah, bisnis dan industri diperbolehkan, dengan izin dari pihak PLN.
  2. EXIM; dimana produksi daya PLTS di “transfer” ke jaringan luar dan secara bersamaan dapat digunakan untuk konsumsi pengguna. Pada jenis ini, ada dua metode yang berlaku:
    1. Net metering; dimana daya yang diproduksi (jual) dan konsumsi (beli) dapat ditukar dalam bentuk daya kWh. Indonesia telah melegalkan dan mengatur kegiatan ini, baik untuk rumah tangga, bisnis, ataupun industri.
    2. Feed metering; dimana daya yang diproduksi (jual) dan konsumsi (beli) dapat ditukar dalam bentuk uang. Indonesia belum sepenuhnya mengatur hal ini, terutama untuk rumah tangga dan bisnis, namun untuk skala besar, seperti IPP, telah diatur kebijakan dan peraturannya.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda