ESDM Bidik Kapasitas PLTS Bertambah 1.430 MW dari BUMN
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan bisa meningkatkan kapasitas pemakaian Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sampai dengan 1.430 sampai 2025. Peningkatan kapasitas tersebut mereka harapkan bisa didapat dari penggunaan PLTS di fasilitas perusahaan BUMN.
Tambahan tersebut diharapkan bisa membantu target Energi Baru Terbarukan (EBT) mencapai porsi 23 persen dari bauran energi (energy mix) di tahun tersebut. Hingga 2018 lalu, EBT baru berkontribusi sebesar 7,68 persen dari bauran energi.
Direktur Jenderal Energi Baru dan Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM FX Sutijastoto menyebut beberapa BUMN sudah berkomitmen menggunakan PLTS untuk melistriki fasilitas yang dimilikinya.
BUMN tersebut adalah, PT Pertamina (Persero), PT LEN Industri, dan PT Bukit Asam. Mereka merupakan bagian dari holding BUMN pertambangan.
Tambahan tersebut diharapkan bisa membantu target Energi Baru Terbarukan (EBT) mencapai porsi 23 persen dari bauran energi (energy mix) di tahun tersebut. Hingga 2018 lalu, EBT baru berkontribusi sebesar 7,68 persen dari bauran energi.
Direktur Jenderal Energi Baru dan Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM FX Sutijastoto menyebut beberapa BUMN sudah berkomitmen menggunakan PLTS untuk melistriki fasilitas yang dimilikinya.
BUMN tersebut adalah, PT Pertamina (Persero), PT LEN Industri, dan PT Bukit Asam. Mereka merupakan bagian dari holding BUMN pertambangan.
"Nah dalam hal ini, kami tidak melihat kendala yang berarti di dalam pemanfaatan PLTS tersebut. Hanya tinggal sinergi saja antara seluruh BUMN tersebut, dan dari kegiatan ini diharapkan ada tambahan kapasitas PLTS sebesar 1.400 MW," jelas Sutijastoto, Kamis (24/7).
Ia mengatakan PLTS di fasilitas BUMN tersebut bisa digunakan untuk beberapa peruntukan. Di Pertamina misalnya, PLTS bisa digunakan untuk Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Sementara di PTBA, PLTS terapung digunakan di lokasi pabrik PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero).
Ia mengatakan untuk bisa memaksimalkan pengembangan PLTS tersebut Len Industri telah membuat produk bentuk sistem panel atap surya bernama LenSOLAR. Produk tersebut bisa melakukan impor dan ekspor listrik.
Produk tersebut sudah dipasang di beberapa kantor perusahaan pelat merah. "Nanti kami hanya tinggal menyusun financial engineering-nya agar listrik yang diekspor ini bisa mencapai US$0,06 per Kilowatt-hour (KWh). Agar listrik tersebut bisa dibeli oleh PT PLN (Persero)," jelas dia.
Menurut Sutijastoto, langkah ini juga penting agar target pemanfaatan PLTS di Indonesia bisa terpenuhi sepenuhnya. Sebab, Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) menargetkan pemasangan PLTS sebesar 6.500 MW pada 2025 mendatang.
Namun target pembangunan PLTS di dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) hanya 1.008 MW, sementara Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hanya mampu memasang 217,23 MW saja. Artinya, terdapat gap sebesar 5.274,77 MW yang perlu dimanfaatkan. "Setelah ini kami akan buat target tahunan bagi BUMN ini, berapa besaran kapasitas PLTS yang bisa mereka tambah setiap tahun," pungkas dia.
Menurut data Kementerian ESDM, terdapat potensi EBT sebesar 442 Gigawatt (GW) di Indonesia. PLTS sendiri memiliki potensi sebesar 207,8 Gigawatt Peak (GWp) namiun baru dimanfaatkan sebesar 0,092 GWp. Produk tersebut sudah dipasang di beberapa kantor perusahaan pelat merah. "Nanti kami hanya tinggal menyusun financial engineering-nya agar listrik yang diekspor ini bisa mencapai US$0,06 per Kilowatt-hour (KWh). Agar listrik tersebut bisa dibeli oleh PT PLN (Persero)," jelas dia.
Menurut Sutijastoto, langkah ini juga penting agar target pemanfaatan PLTS di Indonesia bisa terpenuhi sepenuhnya. Sebab, Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) menargetkan pemasangan PLTS sebesar 6.500 MW pada 2025 mendatang.
Namun target pembangunan PLTS di dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) hanya 1.008 MW, sementara Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hanya mampu memasang 217,23 MW saja. Artinya, terdapat gap sebesar 5.274,77 MW yang perlu dimanfaatkan. "Setelah ini kami akan buat target tahunan bagi BUMN ini, berapa besaran kapasitas PLTS yang bisa mereka tambah setiap tahun," pungkas dia.
Menurut data Kementerian ESDM, terdapat potensi EBT sebesar 442 Gigawatt (GW) di Indonesia. PLTS sendiri memiliki potensi sebesar 207,8 Gigawatt Peak (GWp) namiun baru dimanfaatkan sebesar 0,092 GWp.
Ia mengatakan PLTS di fasilitas BUMN tersebut bisa digunakan untuk beberapa peruntukan. Di Pertamina misalnya, PLTS bisa digunakan untuk Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Sementara di PTBA, PLTS terapung digunakan di lokasi pabrik PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero).
Ia mengatakan untuk bisa memaksimalkan pengembangan PLTS tersebut Len Industri telah membuat produk bentuk sistem panel atap surya bernama LenSOLAR. Produk tersebut bisa melakukan impor dan ekspor listrik.
Produk tersebut sudah dipasang di beberapa kantor perusahaan pelat merah. "Nanti kami hanya tinggal menyusun financial engineering-nya agar listrik yang diekspor ini bisa mencapai US$0,06 per Kilowatt-hour (KWh). Agar listrik tersebut bisa dibeli oleh PT PLN (Persero)," jelas dia.
Menurut Sutijastoto, langkah ini juga penting agar target pemanfaatan PLTS di Indonesia bisa terpenuhi sepenuhnya. Sebab, Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) menargetkan pemasangan PLTS sebesar 6.500 MW pada 2025 mendatang.
Namun target pembangunan PLTS di dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) hanya 1.008 MW, sementara Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hanya mampu memasang 217,23 MW saja. Artinya, terdapat gap sebesar 5.274,77 MW yang perlu dimanfaatkan. "Setelah ini kami akan buat target tahunan bagi BUMN ini, berapa besaran kapasitas PLTS yang bisa mereka tambah setiap tahun," pungkas dia.
Menurut data Kementerian ESDM, terdapat potensi EBT sebesar 442 Gigawatt (GW) di Indonesia. PLTS sendiri memiliki potensi sebesar 207,8 Gigawatt Peak (GWp) namiun baru dimanfaatkan sebesar 0,092 GWp. Produk tersebut sudah dipasang di beberapa kantor perusahaan pelat merah. "Nanti kami hanya tinggal menyusun financial engineering-nya agar listrik yang diekspor ini bisa mencapai US$0,06 per Kilowatt-hour (KWh). Agar listrik tersebut bisa dibeli oleh PT PLN (Persero)," jelas dia.
Menurut Sutijastoto, langkah ini juga penting agar target pemanfaatan PLTS di Indonesia bisa terpenuhi sepenuhnya. Sebab, Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) menargetkan pemasangan PLTS sebesar 6.500 MW pada 2025 mendatang.
Namun target pembangunan PLTS di dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) hanya 1.008 MW, sementara Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hanya mampu memasang 217,23 MW saja. Artinya, terdapat gap sebesar 5.274,77 MW yang perlu dimanfaatkan. "Setelah ini kami akan buat target tahunan bagi BUMN ini, berapa besaran kapasitas PLTS yang bisa mereka tambah setiap tahun," pungkas dia.
Menurut data Kementerian ESDM, terdapat potensi EBT sebesar 442 Gigawatt (GW) di Indonesia. PLTS sendiri memiliki potensi sebesar 207,8 Gigawatt Peak (GWp) namiun baru dimanfaatkan sebesar 0,092 GWp.
CNN Indonesia | Rabu, 24/07/2019 15:58 WIB
Jika anda memerlukan lampu penerangan jalan umum (PJU) bertenaga surya atau dengan sel surya atau solar cell. Lebih baik anda mempercayakan PT. Surya Energy Indonesia yang sudah berpengalaman dan berkompeten dalam memasok dan memasang PJU solar cell dan perlengkapan terkait lainnya. Anda dapat mengakses www.pjusolarcell.com atau www.surendo.co.id
Label: beralih ke pju solar cell, lampu jalan umum, pemasagan pju, penerangan jalan umum, pju bertenaga surya, pju hemat, pju solar cell
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda