PLN Buka-Bukaan Soal Skema Bisnis Listrik PLTS
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Perusahaan Listik Negara (PLN) serius melirik bisnis pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Executive Vice President Energi Baru dan Terbarukan (EBT) PLN, Zulfikar Manggau, buka-bukaan terkait hal ini.
Dia menegaskan, khusus untuk pengembangan PLTS, PLN lebih fokus mengacu pada rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) yang telah ditetapkan. Dia menyebut, pengembangan PLTS bisa mencapai 1.000 Megawatt (MW).
Dia menegaskan, khusus untuk pengembangan PLTS, PLN lebih fokus mengacu pada rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) yang telah ditetapkan. Dia menyebut, pengembangan PLTS bisa mencapai 1.000 Megawatt (MW).
Daya tersebut terhimpun dari dua skema yakni Independent Power Producer (IPP) dan Engineering Procurement Contruction (EPC). Masing-masing skema tersebut saat ini sudah direalisasikan PLN.
"IPP itu swasta yang kembangkan, PLN beli energinya. EPC artinya dibangun dan dioprasikan, dimiliki oleh PLN. Kita fokusnya ke sana," urainya.
Dengan dua skema tersebut, dia tidak memungkiri bahwa akan ada dampak terhadap revenue perusahaan. Namun, dia belum bersedia mengelaborasi lebih lanjut seberapa besar dampaknya.
"Tentu revenue PLN berkurang dengan penghematan. Nah PLN melihat, walaupun ini sedang didiskusikan, karena ini strategic bagi PLN. Bagaimana ke depannya, sedang dimatangkan, kita mau masuk sampai mana, porsi apa yang akan diambil PLN," tandasnya.
Yang jelas, dia menegaskan, dalam bisnis PLTS PLN tetap mengacu pada RUPTL. Sementara itu, dia juga mengamati perkembangan industri PLTS di Indonesia yang menurutnya baru berfokus pada hilir.
"Di Indonesia hanya di pembuatan panel, merakit panel, di ujung saja. Industri berkembang kalau demand-nya ada. Pemain sekarang tidak tambah produksi. Pemain lama lihat potensi development ini belum cukup untuk tambah kapasitas atau sampai ke hulu," bebernya.
Dalam hal ini, dia menyebut, PLN bisa saja masuk pada jasa pemasangan, operasional, hingga maintannce. Sejumlah kemungkinan itu bisa dilakukan melalui anak usaha PLN.
"Tapi ini masih dipertimbangkan langkah dan mekanismenya seperti apa," pungkasnya. (gus/gus)
"IPP itu swasta yang kembangkan, PLN beli energinya. EPC artinya dibangun dan dioprasikan, dimiliki oleh PLN. Kita fokusnya ke sana," urainya.
Dengan dua skema tersebut, dia tidak memungkiri bahwa akan ada dampak terhadap revenue perusahaan. Namun, dia belum bersedia mengelaborasi lebih lanjut seberapa besar dampaknya.
"Tentu revenue PLN berkurang dengan penghematan. Nah PLN melihat, walaupun ini sedang didiskusikan, karena ini strategic bagi PLN. Bagaimana ke depannya, sedang dimatangkan, kita mau masuk sampai mana, porsi apa yang akan diambil PLN," tandasnya.
Yang jelas, dia menegaskan, dalam bisnis PLTS PLN tetap mengacu pada RUPTL. Sementara itu, dia juga mengamati perkembangan industri PLTS di Indonesia yang menurutnya baru berfokus pada hilir.
"Di Indonesia hanya di pembuatan panel, merakit panel, di ujung saja. Industri berkembang kalau demand-nya ada. Pemain sekarang tidak tambah produksi. Pemain lama lihat potensi development ini belum cukup untuk tambah kapasitas atau sampai ke hulu," bebernya.
Dalam hal ini, dia menyebut, PLN bisa saja masuk pada jasa pemasangan, operasional, hingga maintannce. Sejumlah kemungkinan itu bisa dilakukan melalui anak usaha PLN.
"Tapi ini masih dipertimbangkan langkah dan mekanismenya seperti apa," pungkasnya. (gus/gus)
Jika anda memerlukan lampu penerangan jalan umum (PJU) bertenaga surya atau bertenaga listrik, lebih baik anda mempercayakan PT. Surya Energy Indonesia yang sudah berpengalaman dan berkompeten dalam memasok dan memasang PJU listrik maupun solar cell dan perlengkapan terkait lainnya. Anda dapat mengakses www.pjusolarcell.com atau www.surendo.co.id
Label: beralih ke pju solar cell, lampu jalan umum, pemasagan pju, penerangan jalan umum, pju bertenaga surya, pju hemat, pju solar cell
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda